nusakini.com-- Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah di Khartoum, Republik Sudan, yang juga ditetapkan oleh Majelis Ulama Sudan jatuh pada hari Minggu (25/6), dirayakan secara khidmat dan meriah oleh masyarakat Indonesia yang berada di Negara tempat pertemuan dua aliran sungai Nil tersebut. 

Perayaan Idul Fitri ini sebagaimana biasanya pelaksanaannya dipusatkan di Wisma Duta Besar Republik Indonesia, yang beralamat di Jalan Khartoum II No. 68, Khartoum State, Republik Sudan , yang saat ini telah didiami oleh Dubes Burhanuddin Badruzzaman selama lebih dari 3 tahun terakhir. 

Perayaan kali ini dihadiri oleh lebih dari 500 (lima ratus) orang peserta, yang terdiri dari keluarga kedutaan, pasukan Formed Police Unit (FPU) IX, pasukan Indonesian Battalion (INDOBAT) III, para Mahasiswa-i Indonesia, para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) serta beberapa Friends of Indonesia. 

Sebagaimana perayaan hari raya pada umumnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum dibantu oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Khartoum menyediakan banyak makanan khas Indonesia bagi para undangan yang hadir. Penyediaan makanan khas ini, selain untuk kepentingan konsumsi juga sebagai obat mujarat atas kerinduan orang-orang Indonesia di Sudan pada kampung halamannya. 

Atas pertimbangan itulah maka DWP Khartoum menyediakan menu yang spesial dalam setiap perayaan Idul Fitri, untuk kali ini DWP diantaranya telah menyiapkan menu opor ayam, sambel kentang hati, kering tempe, teri kentang, semur daging, telur balado, sayur daun singkong, sayur nangka serta tidak ketinggalan adalah kerupuk, sambal dan nasi. 

Namun ada satu hal yang janggal menurut kebiasaan masyarakat Indonesia, dalam perayaan Idul Fitri Orang-orang Indonesia di Sudan ini, yaitu ketiadaan ketupat lebaran sebagai makanan khas hari raya tersebut. Hal ini tidak lain karena adanya permintaan khusus dari mayoritas peserta Salat Idul Fitri yang selalu setia hadir memenuhi undangan KBRI Khartoum setiap tahunnya yaitu para mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Sudan. 

Walaupun secara statistik, jumlah mahasiswa Indonesia di Sudan yang berjumlah kurang lebih 800-an dan belum menjadi unsur mayoritas atas komposisi masyarakat Indonesia di Sudan yang totalnya lebih dari 2000-an orang.

Tapi pada kenyataannya, mereka selalu menjadi mayoritas peserta yang hadir dalam setiap perayaan hari-hari besar di KBRI Khartoum. Oleh karena itu, permintaan mereka selalu menjadi pertimbangan utama para ibu-ibu DWP Khartoum dalam proses penyusunan menu di setiap perayaan Idul Fitri. 

Adapun permintaan khusus itu meliputi dua kriteria utama yang selalu diharapkan ada dalam setiap menu-menu makanan yang disediakan oleh DWP Khartoum dalam berbagai kesempatan yaitu enak dan kenyang. Kriteria enak, tentunya dengan sangat mudah akan dapat dipenuhi berbagai masakan khas Indonesia yang disiapkan oleh DWP Khartoum.

Hal ini mengingat jika dibandingkan dengan makanan keseharian para mahasiswa di lingkungan asrama universitasnya, yang sangat sederhana serta minim rasa, tentu tidak bisa dibandingkan. 

Namun ketika kriteria kenyang menjadi salah satu pertimbangan utama, maka ketupat lebaran menjadi salah satu jenis makanan yang tidak banyak dipilih oleh para mahasiswa di Sudan sebagai santapannya di hari raya Idul Fitri, karena mereka lebih cenderung memilih nasi agar merasa kenyang saat selesai makan. 

Hal ini telah terbukti, sebagaimana dijelaskan oleh  Yuli Burhanuddin selaku ketua DWP Khartoum, bahwa dalam beberapa tahun pelaksanaan perayaan Idul Fitri di Wisma Duta Besar RI Khartoum sebelumnya, selalu menyisakan banyak porsi ketupat lebaran, ketika menu ketupat juga ikut disediakan. Oleh karena itulah sudah dalam dua tahun terakhir, menu ketupat lebaran telah hilang dalam deretan menu perayaan hari raya idul fitri masyarakat Indonesia di Sudan, karena pertimbangan tidak laku alias tidak kenyang. 

Namun demikian ketidakadaan ketupat lebaran tidaklah menghilangkan kehidmatan serta keramaian masyarakat Indonesia di Sudan dalam merayakan hari raya Idul Fitri 1438 Hijriah kali ini, karena bagi para mahasiswa-i yang hadir "ada atau tidak ada ketupat, yang penting kumpul serta makan enak dan kenyang". (p/ab)